Sekolah sebagai institusi yang bergerak dalam bidang jasa pendidikan




Salah satu tujuan Organisasi adalah memberikan kepuasan pada semua anggotanya dalam aktivitas jasa /barang yang dihasilkan. Sukses tidaknya suatu institusi sangat tergantung dari kualitas sumber daya manusia yang dimiliki, tak terkecuali di dunia pendidikan. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah sumber daya manusia yang mampu berprestasi secara maksimal. Sekolah sebagai institusi yang bergerak dalam bidang jasa pendidikan merupakan satu pilar utama dari gerakan mencerdaskan bangsa. Agar tujuan pendidikan di sekolah dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan, perlu pengelolaan yang sebaik-baiknya antara lain dengan memobilisasi segala sumber daya pendidikan. Pengelolaan tersebut memerlukan kerjasama seluruh personil yang ada di sekolah. Agar kerja sama itu dapat berlangsung dengan baik diperlukan tindakan kepemimpinan kepala sekolah yang tepat, sehingga diharapkan terbinanya kematangan kerja, dan munculnya kepuasan kerja guru di sekolah.
Kepuasan kerja mempunyai peranan penting terhadap prestasi kerja guru, ketika seorang guru merasakan kepuasan dalam bekerja maka seorang guru akan berupaya semaksimal mungkin dengan segenap kemampuan yang dimiliki untuk menyelesaikan tugasnya, yang akhirnya akan menghasilkan kepuasan kerja dan pencapaian yang baik bagi sekolah.
Kepuasan kerja mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap prestasi sekolah baik secara langsung maupun tidak langsung. Ketidakpuasan merupakan titik awal dari masalah-masalah yang muncul dalam sekolah. Dari sisi guru, ketidakpuasan dapat menyebabkan menurunnya motivasi, menurunnya moril kerja, dan menurunnya tampilan kerja baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.
Pada organisasi sekolah, komponen yang memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan sekolah adalah sumber daya manusia dalam hal ini adalah guru di sekolah. Oleh sebab itu, peningkatan sumber daya manusia penting dilakukan dengan sasaran kepuasan kerja. Suatu gejala yang dapat membuat rusak sekolah sekolah adalah rendahnya kepuasan kerja guru, di mana timbul gejala seperti kemangkiran, malas bekerja, banyaknya keluhan, rendahnya prestasi kerja. Sebaliknya kepuasan kerja yang tinggi menandakan bahwa sebuah sekolah dikelola dengan baik dengan manajamen yang efektif dan sehat secara organisasi.
Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai-nilai yang berlaku pada dirinya. Ini disebabkan karena adanya perbedaan pada masing-masing individu. Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan sesuai dengan keinginan individu tersebut, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakannya, dan sebaliknya.
Meskipun bersifat individual bukan berarti kepuasan kerja guru dalam sebuah sekolah tidak dapat diupayakan. Dalam perspektif manajemen pendidikan, kepuasan kerja guru di sekolah dapat selalu ditingkatkan untuk mencapai standar tertentu dengan suatu manajemen yang tepat. Faktor yang berperan dalam peningkatan kepuasan kerja guru terutama berkaitan erat dengan tugas kepala sekolah untuk selalu melakukan komunikasi yang berkesinambungan melalui jalinan kemitraan dengan seluruh guru di sekolahnya. Dalam hal ini kepala sekolah mempunyai tanggung jawab agar budaya kerja dan iklim organisasi yang tercipta memungkinkan para guru bekerja dengan baik.
Guna menyikapi tantangan perubahan tersebut perlu dilakukan revitalisasi pendidikan. Revitalisasi ini termasuk pula dalam hal perubahan paradigma kepemimpinan pendidikan, terutama dalam hal pola hubungan atasan-bawahan, yang semula bersifat hierarkis-komando menuju ke arah kemitraan bersama. Menyatukan komponen sekolah bukan hal yang sepele, memerlukan teknik tertentu. Sebab setiap orang berbeda pola pikir, karakter dan cara pandang. Dalam menghadapi kenyataan seperti inilah diperlukan kearifan dan kejelian  kepala sekolah untuk menyatukan seluruh komponen yang ada di sekolah.
 Kemampuan dan keterampilan berkomunikasi dengan guru bagi kepala sekolah diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan tugas yang akhirnya meningkatkan kepuasan kerja guru. Menghimpun dan menampung berbagai pendapat dan keluhan, saling memberi dan menerima  dan agar tercipta kondisi kekeluargaan yang semakin baik.  Oleh karena itu, sebaiknya kepemimpinan kepala sekolah harus menghindari terciptanya pola hubungan dengan guru yang hanya mengandalkan kekuasaan, dan sebaliknya perlu mengedepankan kerja sama fungsional. Ia juga harus menghindarkan diri dari one man show, sebaliknya harus menekankan pada kerja sama kesejawatan; menghindari terciptanya suasana kerja yang serba menakutkan, dan sebaliknya perlu menciptakan keadaan yang membuat semua guru dan guru percaya diri.
Melalui model kepemimpinan pendidikan yang tepat diharapkan dapat meningkatkan kepuasan kerja guru di sekolah sehingga berdampak pada peningkatan mutu sekolah. Kepuasan kerja yang tinggi menunjukkan kesesuaian antara harapan guru dengan kondisi yang telah diberikan oleh sekolah. Kepuasan kerja yang tinggi sangat diperlukan dalam setiap usaha kerjasama guru dan guru di sekolah untuk mencapai tujuan yang diharapkan, sebaliknya guru yang memiliki kepuasan kerja rendah akan sangat sulit mencapai hasil yang baik.
Kenyataan di lapangan menunjukkan masih banyak kepala sekolah yang menerapkan pola kepemimpinan yang bersifat top down dan instruktif. Kepemimpinan kepala sekolah semacam ini dapat menimbulkan dampak negatif yang berupa tertutupnya sekolah pada proses pembaruan dan inovasi, yang berakibat pada ketidakpuasan guru terhadap pekerjaannya. Setiap kepala sekolah berkewajiban untuk menciptakan kepuasan kerja bagi para gurunya di sekolah , karena kepuasan kerja merupakan faktor yang diyakini dapat mendorong dan memengaruhi semangat kerja guru agar guru dapat bekerja dengan baik dan secara langsung akan memengaruhi prestasi guru.
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan tersebut, menarik kiranya diadakan sebuah kajian lebih lanjut melalui penelitian mengenai kepuasan guru.

A.   Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi hal-hal sebagai berikut :
1.     Apakah terdapat pengaruh Komitmen Tugas terhadap Kepuasan kerja guru SD?
2.     Apakah terdapat pengaruh Supervisi dengan Kepuasan kerja guru SD?
3.     Apakah terdapat pengaruh Disiplin Kerja dengan Kepuasan kerja guru SD?
4.     Apakah terdapat pengaruh Kepuasan Kerja dengan Kepuasan kerja guru SD?
5.     Apakah terdapat pengaruh Perilaku Kepemimpinan kepala sekolah dengan Kepuasan kerja guru SD?
6.     Apakah terdapat pengaruh Kecerdasan Emosional dengan Kepuasan kerja guru SD?
7.     Apakah terdapat pengaruh Komunikasi Interpersonal dengan Kepuasan kerja guru SD?
8.     Apakah terdapat pengaruh Iklim Kerja dengan Kepuasan kerja guru SD?
9.     Apakah terdapat pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kepuasan kerja guru SD?
10. Apakah terdapat pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi mempunyai pengaruh secara bersama – sama terhadap Kepuasan kerja guru SD?




B.   Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan diidentifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi hanya pada pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi terhadap Kepuasan Kerja guru sekolah dasar di wilayah Gugus III Anggrek Ciracas Jakarta Timur.

C.   Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Apakah terdapat pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kepuasan Kerja guru SD di wilayah Gugus III Anggrek Ciracas Jakarta Timur?
2.    Apakah terdapat pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kepuasan Kerja guru SD di wilayah Gugus III Anggrek Ciracas Jakarta Timur?
3.    Apakah terdapat pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi mempunyai pengaruh secara bersama – sama terhadap Kepuasan Kerja SD di wilayah Gugus III Anggrek Ciracas Jakarta Timur?


D.   Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mendalami dan menganalisis secara teoteris variabel-variabel Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi dan Kepuasan Kerja guru. Hasil pendalam tersebut diharapakan dapat menyimpulkan pengaruh dan keterkaitannya dari masing-masing variabel. Dengan demikian tujuan penelitian adalah mencari pengaruh komitmen tugas dan disiplin kerja mempunyai pengaruh secara bersama – sama terhadap kinerja SD di wilayah Gugus III Anggrek Ciracas Jakarta Timur.

E.   Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran, data, dan informasi secara empiris dari hasil pengamatan dan hasil analisis data yang dapat berguna baik secara praktis atau secara teoritis.
Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memberikan gambaran kepada masyarakat, khususnya penyelenggara pendidikan dalam upaya  mengelola suatu organisasi sekolah secara efektif untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Betapa pentingnya peran kepala sekolah dalam pemberdayaan guru, kerjasama, dan partisipasi seluruh unsur organisasi dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu yang relevan dengan masalah penelitian ini, selain itu juga dapat memperkuat khasanah-khasanah teori khususnya yang berkaitan dengan judul penelitian ini.

Comments